Kegiatan Jabar Masagi SMA Citra Cemara (Agnes)
Tanggal Posting : 14 Sep 2023
Belum lama ini SMA Citra Cemara Bandung terpilih oleh Dinas Pendidikan Jabar untuk mengirimkan wakil siswanya dalam acara Barudak Bandung Masagi yg digagas oleh Gubernur Jabar, Bpk Ridwan Kamil.
Jabar Masagi merupakan kegiatan yang mereaslisasikan model Implementasi pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai kearifan budaya Jawa Barat, sesuai arahan Presiden Jokowi.
Berikut ini adalah ungkapan dari peserta Barudak Masagi 2023 (Agnes) :
Hai ! nama saya Agnes Checilia. Sekarang ini saya menduduki kelas 10 di SMA Citra Cemara Bandung. Usia saya saat ini masih 14 tahun. Saya senang berkomunikasi dan bergaul dengan banyak orang.
Sebagai siswi biasa, saya sangat terkejut dan bersyukur saat terpilih menjadi perwakilan untuk mengikuti kegiatan Jabar Masagi. Menurut saya, ini adalah kesempatan langka. Karena saya sendiri belum pernah mengikuti kegiatan terlebih pada tingkat provinsi.
Para peserta akan diberikan materi dengan pemateri tingkat nasional. Pesertanya pun tidak hanya 100 atau 200, tetapi ada ± 500 peserta dari ±245 SMA. Yang berarti masing-masing sekolah hanya menyumbangkan ±2 perwakilan sekolahnya.
Awalnya saya sangat khawatir jika saya tidak mengikuti kegiatan dengan baik. Ternyata kekuatiran saya tidak terbukti. Terlebih saat memasuki hari pertama kegiatan, dari awal sebenarnya saya sangat excited. Saya mengikuti kegiatan bersama kakak kelas saya yang bernama ci Alvi.
Setelah check in di hotel Kimaya bersama kak Alvi, saya dibimbing untuk mengelilingi Braga. Mungkin bagi saya Braga merupakan tempat yang sudah biasa dikunjungi untuk berlibur, nongkrong, berjalan-jalan dengan teman dikarenakan saya memang tinggal di kota Bandung. Namun ada hal menarik yang membuat saya tidak merasa bosan yaitu diberikannya pengetahuan mengenai gedung2 yang ada di sana seperti sejarah-sejarahnya, dll. Bahkan ada replika tempat di penjaranya Soekarno yang hanya 2.5m × 1.5m itu.
Di hari ke-2 acara semakin menarik lagi kegiatan Jabar Masagi ini. Saya merasa dikelilingi orang-orang cerdas yang sensasinya belum pernah saya rasakan. Ketika melihat anak sekolah lain saya berpikir bahwa banyak sekali siswa-siswi terpilih dengan kemampuan berkomunikasi yang sangat baik. Sepertinya saya masih belum mampu dibandingkan dengan mereka. Dengan banyaknya pengetahuan mereka mengenai berita terkini, permasalahan yang sedang marak, ataupun tentang sejarah2. Mereka terlihat sangat keren dan berpengetahuan. Saya tidak ingin merasa tertinggal. Bagi saya merekalah dorongan bagi saya untuk lebih baik. bukan hanya tren2 terkini yang bisa saya cari tetapi juga ada berita-berita permasalahan yang mungkin jika saya cari tahu dan gali lebih dalam akan menambah pengetahuan dan pemikiran Kritis saya seperti teman2 di Jabar Masagi kemarin.
Pada hari ketiga atau hari terakhir. Banyak kesan yang dapat saya rasakan. Di sana terdapat Festival Niti Bukti Jabar Masagi. Ada 4 orang yang mengangkat singa kayu dengan alunan musiknya. Sejak awal saya ingin mencoba duduk di atas singa tersebut. Saya kira jika diperbolehkan naik ke atas singa tersebut, itu hanyalah mimpi karena pasti hanya orang penting saja yang diperbolehkan. Namun ternyata saya diperbolehkan untuk naik dan direkam oleh teman saya untuk mengabdikan kenangan tersebut. Tidak hanya itu, saya juga mengenali banyak teman yang pemikirannya sungguh dewasa dan bijaksana.
Menurut saya peserta-peserta Jabar Masagi sangatlah memiliki aura positif. Saya bersyukur dapat bertemu dan berkenalan dengan mereka. Karena mereka bisa menjadi dorongan untuk kemajuan saya.
Sepertinya hanya ada 1 hal yang sedikit mengganggu yaitu di hari ke 2 di materi Kesetaraan gender. Ibu pemateri mungkin bermaksud baik untuk menyampaikannya namun saya merasa penyampaian yang diberikan sangat tidak sesuai dengan gelar pemateri nasional. Mengapa? Pertama disaat ibu pemateri menanyakan "lebih enak lihat mana? Cewe yang tampil cantik (make up, pakaian warna warni, rambut panjang terurai, dll) atau yang bercadar dan tertutup? " Saya sendiri sebenarnya berpendapat jika lebih suka melihat wanita yang terlihat berdandan dan saya sendiri pun lebih nyaman ketika penampilan saya seperti itu, namun bagi saya di perkataan tersebut terdapat unsur *membandingkannya* sehingga seolah olah orang bercadar tidak enak dilihat. Lalu maaf tapi pesan2 yang disampaikan ibu pemateri terkesan sok tahu. Sok tahu di sini karena ibu tersebut bilang bahwa jikalau masih ada pemikiran wanita lebih baik tertutup berarti kalian memang masih berpikir kolot(kata yang menyinggung). Padahal sebagai manusia, kita memiliki perbedaan pendapat, kenyamanan, dan kesukaan. Saya berpikir bagaimana jika seseorang yang memang lebih nyaman bercadar (mungkin karena rasa insecure? Dia akan lebih percaya diri jika bercadar, atau dia memang lebih merasa cantik jika bercadar) lalu mereka menjadi ragu ragu memakai cadar karena takut dikatai sok suci dan lain sebagainya. Bukankah ibu pemateri sendiri yang berpendapat bahwa berpenampilan lah sesuai dengan kenyamanan kamu? Orang bercadar atau berhijab pun mungkin karena memang mereka nyaman seperti itu jadi sebaiknya perbandingan tersebut tidak disebutkan karena semua akan terlihat enak dipandang sesuai dengan kenyamanan seseorang. Alangkah lebih enak didengar jika pemateri hanya menekankan pembolehan wanita untuk membuka cadar secara fleksibel untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. Karena tentu juga ada seorang wanita islami yang nyaman dan percaya diri ketika dirinya memperlihatkan mahkota rambutnya ataupun wajah manisnya. Dan lagi di sini juga topik utama adalah kesetaraan gender bukan mengenai wanita berhijab/bercadar sehingga adanya perbedaan penyampaian/tidak nyambung.
Selebihnya saya merasa puas dengan acara ini. Saya mengapresiasi atas kepedulian guru pembimbing. Seperti memastikan murid-muridnya memiliki pola hidup yang baik, bahkan sampai rela mengorbankan waktunya untuk mengunjungi tempat kegiatan berkali-kali hanya untuk memastikan keadaannya.
Kegiatan Kongres Jabar Masagi ini merupakan proyek yang memang matang perencanaannya dan akan bermanfaat bagi kemajuan Jawa Barat, kemajuan Indonesia kedepannya.